Nagari Toboh Gadang Barat merupakan Nagari Pemekaran yang baru dimekarkan pada akhir Tahun 2016 sesuai Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2013 tentang pembentukan 43 Pemerintahan Nagari di Kabupaten Padang Pariaman.
Semula Nagari Toboh Gadang Barat merupakan bagian dari Nagari Toboh Gadang yang kemudian menjadi Nagari induk. Nagari Toboh Gadang atau yang sekarang disebut Nagari Induk dahulunya memiliki 20 korong setelah terjadi pemekaran di Nagari Toboh Gadang yang menjadi 4 Nagari, yaitu Nagari Toboh Gadang, Nagari Toboh Gadang Timur, Toboh Gadang Selatan dan termasuk Nagari Toboh Gadang Barat.
Nagari Toboh Gadang Barat terdiri dari 6 Korong yaitu Toboh Mesjid, Toboh Cubadak, Toboh Sikaladi, Toboh Rawang, Toboh Tangah, Toboh Koto Panjang. Masing-Masing Korong dibawah pengawasan Wali Korong. Nagari Toboh Gadang Barat tidak lepas dari Sejarah Nagari Toboh Gadang menurut versinya :
Versi Review
Ditinjau dari segi asal usul kedatangan penduduk Nagari Toboh Gadang, pertama dari duo lareh ( sumpu dan malalo ) yang terdiri dari suku koto, panyalai, jambak, sehingga sampai saat ini yang menjadi urang tuo nan barampek ialah dari suku yang tersebut diatas yaitu dua orang dari suku panyalai dan dua orang dari suku koto.
Makanya sampai saat ini Toboh Gadang disebut adalah kepunyaan urang tuo nan barampek dan secara teoritis sampai saat ini jika mengadakan suatu acara dalam bidang adat kalau
tanpa seizin urang tuo nan barampaek maka acara tersebut dinyatakan tidak syah atau cacat secara hukum adat.
Pada zaman dahulu tersebutlah nama Tuanku Lubuak sidukuang yaitu panjago rantau yang berkedudukan di kayu tanam, segala hal yang berkaitan dengan rantau terpulang dan dibawah wewenang tuangku lubuak sidukuang, ketika itu tuanku lubuak sidukuang memberi tanah ulayat untuk dikuasai pada urang tuo barampek dengan batas ombak badabua, karena salah dalam pemahaman urang tuo nan barampek zaman dahulu itu menguasai arah tiku dan air bangis, karena daerah pesisir kearah selatan masih kosong maka diberikan lagi tahap dua pada Ninik mamak nan barampek kedua yaitu dari parik pua hingga ombak badabua hilie, maka merata lah penyebaran penduduk saat itu, yaitu Lubuk Alung, Gadur, Ulakan sampai ke ketaping, namun daerah Toboh ini masih Kosong tak berpenghuni.
Setelah itu Ninik Mamak bersuku panyalai yang turun dari Sumpu mereka turun ke Lubuk Alung dan disana mereka diserang oleh laka laka ( Ulat Kaki seribu ) setiap tempat yang mereka tempati selalu dikerubuti oleh
laka laka tersebut, karena jijik tak tertahankan maka pindahlah seorang yang bernama Pakih Gumpan membawa adik perempuannya dan menetap di Toboh Baru dan untuk mengembangkan daerah Toboh yang masih kosong tersebut
maka Pakih Gumpan minta tanah ulayat ke Sintuk yang berbatas dengan batang kapas, ke Ulakan yang berbatas dengan Sikaladi dan Ketaping yang berbatas dengan banda keladi hitam di Parupuk ( maka keluarlah istilah orang toboh beribu ke Lubuk Alung, bermamak ke Pakandangan dan berayah ke Ulakan ) di lambangkan juga dengan atap Mesjid Toboh yang berbentuk Segi tiga kalau dilihat dari satu sisi mana saja ini artinya orang toboh tersebut susah untuk dipegang atau dikuasai, jadi yang menetap pertama di Negeri ini adalah pakih Gumpan dengan Adik perempuannya yang bernama Pik sawah.
Namun karena orang ulakan tiap melewati Parik Pua selalu diganggu orang ( Di Gaduah/gadua/Gadur) maka mereka selalu bertengkar, melihat kondisi ini Pakih Gumpan tak tega melihat family mereka bergaduh terus maka dijemputnya lah orang untuk menyelesaikan pergaduahan tersebut Ke Pagaruyung yaitu Tuan Gadang di Batipuh yang bergelar Gajah Tongga Koto Piliang Harimau campo Bodi Chaniago untuk menyelesaikan ke gaduahan yang telah lama berlangsung tersebut. Tuan Gadang sendiri ada lima bersaudara ( 1.Indomo di Saruaso, 2.Tuan kadi di padang Gantiang, 3.Mangkudun di sumanik, 4.Pulang Titah di Sungai Tarab dan 5.Tuan Gadang di Batipuah / yang bergelar Gajah Tongga Koto Piliang, Harimau Campo Bodi Chaniago ).
Karena ada sanak kemenakan dari rantau yang selalu bergaduah dan telah ada Pakiah Gumpan yang menjemput mendengar berita ini maka Tuan Gadang segera turun dengan bergaroboh Toboh ( Tergopoh gopoh dan berangkat dengan pakaian seadanya yang melekat di badan ) setiba di perbatasan sintuk maka ada yang bertanya bagaimana
keadaan dan saat itu pakih Gumpan menjawab hinggo batoboh toboh baru, setelah selang beberapa hari menetap ditoboh baru maka Tuan gadang menyelesaikan pergaduahan yang terjadi dengan cara paretongan diulakan ( Perhitungan dibatalkan ) yang dibatalkan adalah pemberian ulayat oleh Tuangku Lubuk Sidukuang yang menyatakan memberi orang gadur sekarang ulayat hingga ombak badabua dibatasi menjadi Parik Pua/Mudik Pauh Kambar maka selesai lah perkara.
Setelah lama tinggal di daerah kosong ini maka tuan Gadang dinikahkan dengan Puti Wenak sanak kemenakan mamak didaerah gaduah dan tinggal di Toboh mesjid sekarang, ketika Tuan gadang ingin menyeru masyarakat untuk menyampaikan berita maka dibuatlah suatu Tabuah untuk dibunyikan, sehingga tiap tabuah tuan Gadang dibunyikan maka berkumpulah pemuka pemuka masyarakat yang ada dikawasan yang diminta pakiah Gumpan tadi, dan ditetapkan lah batas dengan tanah yang diminta tersebut sampai dimana terdengar suara tabuah tuan gadang maka ditetapkan lah itu sebagai batas Toboh, yang mana dahulunya kolega bertani pakiah bersama anggotanya berhasil menguasai Kubu Toboh Durian hingga Kubu Tapakis namun karena suara Tabuah Tuan gadang hanya terdengar hingga Balai senayan sekarang maka disanalah di patok sebagai batas toboh dengan istilah Toboh tangah tapakih tangah, yang sekarang dijadikan nama Toboh Tangah, jadi untuk nama Toboh gadang berasal dari Tabuah Tuan gadang yang ber alomorf menjadi Toboh Gadang.
Ketika Tuan Gadang Punya anak yang bernama talembang alam bersuku Jambak maka untuk menurunkan gelarnya Tuan Gadang mengadopsi Talembang alam ke dalam suku Panyalai maka diturunkanlah gelar Tuan Gadang pada putra mahkotanya tersebut yang sudah bersuku panyalai.Menurut cerita Talembang alam inilah yang jadi pemimpin pertama dalam Nagari Toboh Gadang setelah ayahnya Tuan Gadang.
Tertulis / terdengar cerita daerah dalam Nagari yang lumayan subur, tumbuhan yang menghijau, di atas tanah yang datar di tumbuhi pohon dan semak yang masih lebat, namun kondisinya masih kosong, karena beberapa nenek moyang yang dahulunya Eksvansi / merantau dari darek mereka menetap di tanah Kosong tersebut secara berkelompok kelompok /Sepayung sepayung / bersama sama / bergerombol gerombol / berkelompok kelompok = Batobo tobo ( bahasa darek / sijunjung ) , dan Kelompok kelompok / Tobo tobo ini menempati lokasi daerah hutan kemudian untuk menentukan lokasi mereka masing masing mereka memakai nama sesuai dengan keadaan saat itu, ada mereka yang menempati satu lokasi dan mereka berasal dari Sikaladi dekat simabur = Toboh Sikaladi, Dekat pohon Cubadak = Toboh Cubadak, Dekat pohon Durian = Toboh Durian, Dekat Pohon Kapas = Toboh padang kapas, Dekat Ladang Pisang = Toboh Palak Pisang, Dekat Rumput Parupuk/ Jenis Rumput yang tinggi dan beruas = Toboh Parupuk dan seterusnya sampai Tobo ini berjumlah 19 tobo, namun karena perkembangannya pernah mencapai 21 toboh, karena sudah banyaknya Tobo Tobo ini maka dinamakan Tobo gadang / Tobo Besar = sekarang Toboh Gadang yang termasuk didalamnya Toboh Gadang Barat.